Pemakaian kata Maulid Nabi Muhammad ﷺ kadang-kadang disebut Maulid Nabi atau Maulud saja, sedangkan dalam bahasa Arab: مولد النبي, Mawlid an-Nabī, yang artinya adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad ﷺ, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad ﷺ wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hendaknya dijadikan momentum, menjadikan akhlak Rasulullah sebagai role model atau panutan dalam kehidupan kita saat ini. Sejatinya keperibadian Rasulullah SAW merupakan rujukan kesempurnaan akhlaq bagi semua umatnya yang orientasi hidup mengharapkan rahmat Allah SWT serta kebahagiaan kelak di akhirat. Kedudukan tinggi Nabi Muhammad Saw ini sendiri, tak lepas dari kemuliaan akhlak dan budi pekerti yang ia miliki. Allah memujinya dalam surat Al-Qalam ayat 4, "Sesungguhnya engkau (Muhammad), berada di atas akhlak yang agung". Adapun dalam rangkuman sejarah, diceritakan bahwa Nabi Muhammad setiap hari selalu memberi makan dan menyuapi seorang Yahudi buta di pojok pasar Madinah. Padahal, Yahudi buta tersebut selalu mencaci-makinya saat disuapi. Barulah setelah Nabi Muhammad wafat, Yahudi tersebut mengetahui bahwa orang yang telah ia caci maki adalah Muhammad, orang berakhlak mulia yang peduli kepadanya.
Pada abad modern, seorang tokoh yang bernama Mahatma Ghandi yang beragama Hindu, memberikan pengakuan terhadap keluhuran budi Nabi Muhammad SAW. Pada sambutannya untuk buku Muhammad Prophet for our Time yang ditulis oleh Karen Amstrong, ia menyatakan, “Saya takjub, manusia seperti apa yang hingga hari ini menawan hati jutaan manusia. Saya menjadi lebih dari sekedar yakin, bahwa bukan pedang yang membuat Islam jaya. Kebersahajaan, pelenyapan ego Sang Nabi, tekad kuat untuk memenuhi janjinya, pelayanan yang amat mendalam kepada sahabat dan pengikutnya, keberanian yang tak mengenal rasa takut, keyakinan kepada Tuhan dan misinya, semua inilah yang membuat Islam berjaya dan mampu menyingkirkan segala penghalang."
Di negara kita Indonesia, banyak tradisi yang berkembang dan tercipta dari hasil akulturasi maulid Nabi dimana budaya maulid yang berasal dari Timur Tengah dikawinkan menjadi budaya lokal oleh pemuka tokoh adat dan ulama. Disamping kebiasaan melantunkan shalawatan masih ada beberapa tradisi yang terkait dengan maulid seperti Tradisi Male, menghias telur di masyarakat muslim Bali. Tradisi Meuripee di Aceh, memasak kuah kari bersama. Tradisi grebek maulid berdesakan berusaha mengambil gunungan yang dikeluarkan Keraton di halaman Masjid Besar Kauman, Yogyakarta.
#maulidnabimuhammad
Comments0